Menu
Kris Tan
  • About
  • Contact
Kris Tan

Makin Cogreg, Gusdur

Posted on 15 June 201918 June 2019 by Kris Tan
Spread the love

Oleh : Kris Tan

Muda Mudi Makin Cogreg

Cogreg, sebuah Desa di Kecamatan Parung sana ada yang menarik. Dimana ada sekumpulan komunitas Tionghoa Peranakan disana yang begitu konsisten melestarikan budaya leluhurnya. Mungkin dugaan saya sekitar 30-50 Kepala Keluarga saja. Disana terdapat sebuah MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia). Hari ini Makin tersebut ulang tahun, umurnya baru 12 tahun, begitu yang tertulis di undangan.

Orang Cogreg sebelum punya MAKIN sendiri mereka biasa ‘kebaktiannya’ di MAKIN Cibinong Gunung Sindur, yang terletak di desa sebelahnya.

Semenjak 12 tahun lalu, komunitas Khonghucu Cogreg mulai mendirikan tempat ibadahnya sendiri. Itu artinya itu dibuat pasca era reformasi yaitu sesudah Gusdur menjadi Presiden. Seperti kita ketahui Gusdur adalah seorang hero bagi komunitas Khonghucu, bahkan ia setara dengan Sinbeng Kwan Kong yang terkenal sebagai pahlawan pemegang teguh kebenaran pada jaman Tiga Negara di Tiongkok.

Tanpa Gusdur komunitas Khonghucu Indonesia tidak mungkin menikmati kebebasannya seperti sekarang ini. Gusdur adalah pahlawan terhebat yang pernah dimiliki umat Khonghucu dan etnis Tionghoa di Indonesia, dijamannya-lah Barongsai, Imlek, Nama Tionghoa boleh kembali digunakan setelah 32 tahun lamanya di ‘penjara’ oleh Suharto

Ada cerita menarik bagaimana Gusdur membantu komunitas Khonghucu untuk melaksanakan Imlek Nasional pertama kali di Indonesia ketika ia menjadi presiden. Supaya tidak ada protes dari orang-orang yang merasa berjasa maka saya tidak sebut nama orang-orang MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia), sebab menurut MATAKIN semua orang-orang MATAKIN seluruh Indonesia berjasa dalam memperjuangkan Imlek. Suatu kali pernah ada salah seorang suheng di MATAKIN menceritakan kepada saya.

Begini ceritanya :  Suatu hari MATAKIN yang memang sudah berkawan lama dengan Gusdur dipanggil ke istana negara, Gusdur menyarankan MATAKIN untuk melaksanakan Imlek Nasional yang di buat oleh MATAKIN dan nanti ia sebagai presiden ia akan datang menghadirinya. Tentu saja MATAKIN senang sekali karena inilah kesempatan baik untuk menunjukan sebuah kebebasan beragama yang elegan di bumi Indonesia ini dan tentunya ini merupakan hadiah terindah bagi komunitas Khonghucu dan etnis Tionghoa Indonesia.

Singkat cerita mulailah MATAKIN membentuk panitia Imlek dengan dibantu oleh semua teman-teman elemen Tionghoa yang simpati terhadap perjuangan MATAKIN. Setelah semua beres tibalah saatnya mengurus perizinan kepada Mabes Polri dan birokrasi dibawahnya untuk persoalan izin keamanan dll. Ternyata ketika menghadap Mabes Polri jawaban Mabes Polri dan birokrasi lainnya  tidak bisa mengeluarkan ijin terkait acara tersebut, hal ini karena Imlek yang akan dilaksanakan oleh MATAKIN terbentur oleh Inpres 14/1967, yang isinya melarang adat-istiadat dan budaya Tionghoa serta hanya mengakui lima agama di Indonesia minus Khonghucu.

Bingunglah MATAKIN harus bagaimana? Lalu MATAKIN melaporkan hal ini kepada Gusdur, mereka menyampaikan bahwa MATAKIN tidak bisa melaksanakan Imlek Nasional karena masih ada Inpres 14/1967 yang menyatakan Khonghucu tidak sah dan melarang adat budaya Tionghoa.

Gusdur dengan enteng pada hari itu juga, jam itu juga langsung memerintahkan Sekretaris Negara untuk mencabut Inpres 14/1967 tersebut lalu sebagai gantinya ia mengeluarkan Inpres 6/2000 yang intinya mencabut seluruh dari isi Inpres 14/1967. Begitulah Gusdur jika membela orang lain yang lemah. Ia selalu konsisten dan penuh totalitas tinggi dalam berjuang membantu orang lain.

Imlek Nasional Matakin dari masa ke masa

Setelah Inpres itu dikeluarkan maka langsunglah MATAKIN menyodorkan Inpres tersebut kepada pihak-pihak terkait perijinan untuk melaksanakan penyelenggaran Imlek Nasional dan jadilah sejarah mencatat bahwa Imlek Nasional Pertama oleh MATAKIN dihadiri oleh Presiden RI Abdurahman Wahid alias Gusdur.

Euforia yang begitu meriah bagi komunitas Khonghucu Indonesia semua demikian juga dengan etnis Tionghoa pada umumnya. Etnis Tionghoa yang dulu malu-malu bahkan tidak mau mengakui Imlek sekarang balik badan menikmati hadiah dari Gusdur dan perjuangan teman-teman MATAKIN.

Gusdur sekarang telah tiada, jiwa dan semangatnya selalu hadir pada sanubari umat Khonghucu dan etnis Tionghoa Indonesia. Gusdur defacto menjadi Sinbeng bagi umat Khonghucu dan etnis Tionghoa Indonesia, Gusdur sejajar dengan Kwan Kong (Guan Yu), Gak Hui (Yuefei), Zhuge Liang (Kongming) dan Para Suci lainnya yang dimuliakan oleh umat Khonghucu dan etnis Tionghoa Indonesia.

Menurut ajaran Khonghucu, dia yang berjasa besar buat negara, dia yang berjasa besar bagi banyak umat manusia dan dia yang berjasa besar menyelamatkan dari bencana maka ketika ia menyelesaikan tugasnya di kehidupan ini ia akan paripurna menjadi seorang Sinbeng/Shenming (神明) roh suci yang wajib dimuliakan oleh generasi berikutnya. Ingat yah ‘dimuliakan’ bukan ‘disembah’. Karena bagi umat Khonghucu menyembah hanya kepada Tian Tuhan YME, sementara bagi para manusia yang berjasa besar maka akan selalu dimuliakan di kelenteng dengan tujuan supaya generasi berikutnya dapat meneladani karya besar mereka.

Selamat ulang tahun MAKIN Cogreg, ada baiknya dalam upacara syukur perayaan HUT MAKIN Cogreg maka kita ajak semua yang hadir untuk mendoakan kebaikan Gusdur sehingga ia selalu mulia berada di kanan-kiri Hao Tian Shang Di YME. Seperti kata-kata mutiara : “Aku bukannya pergi, melainkan aku hanya ‘pulang’ kembali kepada Nya”

Bagi saya komunitas Khonghucu dan etnis Tionghoa di Cogreg adalah salah satu komunitas Khonghucu yang masih konsisten menjaga tradisi dan budaya Tionghoa yang sangat kental budaya Khonghucunya. Ini mirip dengan budaya orang-orang hokian di Taiwan yang saya sering tonton  dalam drama-drama kehidupan di stasiun DAAI TV.  Harapan saya tetaplah menjadi Khonghucu Indonesia yang sejati, berjuanglah terus dan berkarya nyata bagi kemanusiaan.

Komunitas Khonghucu di Cogreg harus merasa bangga dengan budaya peranakan mereka, lestarikanlah itu Cokek, Cio Tao dan semua yang baik untuk generasi yang akan datang.

Sahabat saya Dedi H, sebagai Generasi Milenial ketika menikah tetap menggunakan kostum Penganten Peranakan Tionghoa, gaya dinasti Qing-Manchuria

Semoga tahun depan itu jalan disana sudah mulai di beton, agar tidak becek lagi, jika belum juga, ada baiknya kita protes ke Iwan Setiawan sang Wakil Bupati Bogor yang baru terpilih itu. Sebab dulu lagi kampanye Bupati kebetulan ia berkunjung ke Kelenteng Hok Tek Bio Ciampea dan ia berjanji akan memperjuangkan kepentingan teman-teman Khonghucu di Kabupaten Bogor. Janji tinggal janji, jika tak ditepati maka kita akan datangi.

Selamat HUT ke 12 untuk MAKIN Cogreg.

居安备雅

13/5/2570 Anno Confucius

4 thoughts on “Makin Cogreg, Gusdur”

  1. Hartono Hutomo says:
    22 June 2019 at 22:38

    Hahaha kok jadi bawa-bawa nagih janji Wakil Bupati Bogor?!

    Reply
    1. Kris Tan says:
      22 June 2019 at 22:40

      Penting itu ko. Kita minimal ikut berjuang dengan Makin Cogreg

      Reply
  2. kelvin triguna says:
    6 February 2020 at 01:40

    Udah full beton sekarang 😀

    Reply
    1. Kris Tan says:
      6 February 2020 at 23:22

      😄👍

      Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen − 6 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Cari

Kategori

  • Kris Tan
  • Sugiaman Gonassis
  • Video

Random Posts

  • Peh Cun (Duan Yang), Bak Cang dan “Ngojay di Cisadane”Peh Cun (Duan Yang), Bak Cang dan “Ngojay di Cisadane”
    Spread the loveOleh : Kris Tan Hari ini adalah puncaknya Musim Panas dibelahan bumi utara di Tiongkok sana yaitu tanggal …
  • Jaya Suprana Belajar KhonghucuJaya Suprana Belajar Khonghucu
    Spread the loveOleh : Kris Tan Hari ini Jaya Suprana, sahabat saya mengundang saya untuk jadi Narasumber di acaranya yang …
  • Karen Amstrong, Confucius Raja Tanpa MahkotaKaren Amstrong, Confucius Raja Tanpa Mahkota
    Spread the loveOleh : Kris Tan International Conference on Cohesive Societies disingkat ICCS, saya rupanya satu-satunya ilmuan Khonghucu yang beruntung …
  • Zhuge Liang; Surat untuk AnakkuZhuge Liang; Surat untuk Anakku
    Spread the love By Adam Sung   Zhuge Liang (諸葛亮, 181-234 C.E) adalah perdana menteri negara bagian Shu (蜀) dalam …
  • The Dongzhi 冬至 Winter Solstice Festival (The Extreme Winter) 2570 ACThe Dongzhi 冬至 Winter Solstice Festival (The Extreme Winter) 2570 AC
    Spread the love  The Dongzhi 冬至 Winter Solstice Festival (The Extreme Winter) 1. Remembering Confucius when he began his journey …
  • Baiklah, BaiklahBaiklah, Baiklah
    Spread the loveOleh : Kris Tan Saya sangat suka cerita ini, ini kisah soal Guru Zen yang diceritakan kembali oleh …
  • Buku: Sejarah Agama Khonghucu Indonesia (Tiong Hoa Hwee Koan)Buku: Sejarah Agama Khonghucu Indonesia (Tiong Hoa Hwee Koan)
    Spread the love Dalam buku ini kita diajak untuk melihat sejarah perkembangan pergerakan organisasi Tionghoa agama Khonghucu di bumi Indonesia, …
  • KAICIID, Antar AgamaKAICIID, Antar Agama
    Spread the loveOleh : Kris Tan Pagi ini saya terbang menuju Kuala Lumpur, Malaysia. Sebagai KAICIID Fellows saya wajib menghadirinya. …
  • Koi Bukan GurameKoi Bukan Gurame
    Spread the loveOleh : Kris Tan Dalam budaya Tionghoa, ikan Koi telah dipandang sebagai simbol keberuntungan selama berabad-abad. Sejarah mencatat …
  • Buku dari Orang KristenBuku dari Orang Kristen
    Spread the loveOleh : Kris Tan Pagi ini saya membuka email dari Mbak Maria salah seorang staff admin teologi Universitas …

Newsletter Gratis




Arsip

Komentar Terbaru

  • Sat on Bela Indonesia
  • Kris Tan on Makin Cogreg, Gusdur

Follow

Copyright © 2021 Kris Tan. All rights reserved.