Oleh : Kris Tan
Kamis 6 Februari 2020, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengadakan acara Perayaan Imlek 2571 Kongzi Li. Nadiem Makarim sebagai Mendikbud menyampaikan Refleksi Imlek “Merawat Kebinekaan, menjaga Ke-Indonesiaan”.
Ini mungkin perayaan Imlek Pertama yang diadakan oleh Kemendikbud RI. Baru kali ini di jaman Nadiem, Kemdikbud terasa sekali ke-Indonesiaannya. Nadiem yang jebolan Brown University dengan latar belakang pendidikan Hubungan Internasional itu rupanya faham betul arti sebuah kebinekaan. Ia faham bukan hanya pada aspek kognitif saja melainkan sekaligus aspek afektif dan psikomotorik.
Sebagai pejabat tertinggi yang mengurusi seluruh pendidikan bangsa Indonesia ia mencoba mengembangkan empatinya dengan memberikan pengakuan dan legalitas bagi pemeluk Khonghucu yang menjadi bagian integral bangsa Indonesia.
Nadiem bersama jajaran Kemendikbud memberikan apresiasi yang tinggi dengan tagline Imlek merawat kebinekaan dan menjaga ke-Indonesiaan. Nadiem juga tampaknya faham betul bagaimana menepatkan posisi Tahun Baru Imlek 2571 sebagai Tahun Baru Umat Khonghucu Indonesia, maka ia membuat acara perayaan Tahun Baru Imlek yang sederhana namun penuh makna.
Seperti kita ketahui bersama di Indonesia Imlek mengalami pergeseran makna, Imlek yang bagi umat Khonghucu memiliki makna religius menjadi terdegradasi oleh perilaku sebagian Tionghoa Indonesia yang mengalami syndrome “gegar budaya”. Dimana disatu sisi banyak Tionghoa yang sudah meninggalkan tradisi religius para pendahulunya namun masih setengah hati dalam menyikapi perilaku budayanya yang religius.
Sebagai contoh nyata dari perilaku gegar budaya ini ialah banyak Tionghoa yang dengan gampangnya menuliskan frase Selamat Tahun Baru Imlek 2020. Tanpa sadar dan tidak segera mau memperbaiki, tagline Imlek 2020 menjadi tagline yang sungguh memalukan bagi bangsa yang berbudaya ini.
Bagaimana mungkin Imlek yang notabene merupakan singkatan dari Imyang Lek (hokkian) yang berarti penanggalan Lunisolar justru menggunakan tahun 2020 yang dipakai oleh sistem Gregorian, dimana jelas-jelas sistem Gregorian memakai perhitungan berdasarkan peredaran Matahari (Solar).
Bagi penulis ini sebuah “kebodohan” yang mencederai ilmu pengetahuan. Ini merupakan bahaya laten terhadap “pemerkosaan” ilmu pengetahuan dan ilmu sejarah.
Bayangkan jika teman-teman Hindu kita menggunakan selamat hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 2020? Bukankah hal ini sungguh absurd jika sampai terjadi. Tentunya teman-teman Hindu akan menggunakan perhitungan Tahun mereka sendiri yang tahun ini jatuh pada tahun 1942.
Imlek dalam konteks Indonesia dihitung berdasarkan kelahiran Confucius (Kongzi) yang tahun ini mencapai yang ke 2571. Kenapa dalam konteks Indonesia menggunakan perhitungan kelahiran Confucius, hal ini tidak lepas dari peran organisasi Tionghoa Indonesia pada jaman pra kemerdekaan yang bernama Tiong Hwa Hwee Koan (THHK), yang berdiri pada tahun 1900. Dasar perjuangan THHK adalah menyebarluaskan pendidikan berdasarkan ajaran Khong Hu Cu (Confucius).
Menurut catatan Anas Urbaningrum ketika masih ketua umum HMI. THHK merupakan salah satu inspirasi untuk membentuk Boedi Oetomo 1908.
Perhitungan Imlek di Indonesia bagi THHK terinspirasi dari teman-teman Muslim dalam menentukan Kalender Hijriah yang dihitung berdasarkan waktu Hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah Ke Madinah, dimana Kalender Hijriah merupakan sebuah manifesto religius dari ajaran Islam sebagai ekspresi simbol pembaharuan (the new begining era).
Nadiem tampaknya ingin konsep Tahun Baru Imlek di Indonesia sebagai sebuah momentum mereduksi syndrome gegar budaya dalam masyarakat Tionghoa Indonesia, Nadiem ingin masyarakat Tionghoa Indonesia meneladani THHK yang berjuang bagi pendidikan Tionghoa Indonesia sejak jaman pra kemerdekaan, Nadiem juga ingin semangat perjuangan THHK menjadi inspirasi yang berlanjut untuk merajut kebinekaan dan merawat ke-Indonesiaan. Mengapa? Karena sepertinya Nadiem tahu betul bagaimana para kader THHK berjuang bersama para pendiri bangsa Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut berkontribusi pada perdamaian dunia.
Bravo Nadiem Makarim, tagline Tahun Baru Imlek 2571 di Kementerian yang anda pimpin sungguh mencerminkan perjuangan Tionghoa Indonesia selalu menjadi Indonesia yang utuh dan berbakti dan berjuang dimana bumi kita dipijak. Hal ini sejalan dengan apa yang selalu diajarkan oleh Confucius yaitu dimana kita tinggal maka disitulah kita wajib mengabdi.
Selamat Tahun Baru Imlek 2571 untuk Nadiem Makarim dan seluruh timnya di Kemendikbud semoga tidak ada lagi diskriminasi dalam pendidikan Indonesia bagi siapapun anak bangsa di negeri ini (there is no discrimination in education).
Momentum Tahun Baru Imlek 2571 ini menjadi momentum bersyukur dan berjuang serta memperbaharui diri menuju Indonesia dalam Kebersamaan Agung.
13/01/2571 Anno Confucius